Tak dipungkiri zaman sudah memasuki era modernisasi dan globalisasi
memberikan berbagai dampak bagi seluruh lapisan masyarakat, tak satupun orang
luput dari dampak sistem ini. Hal yang paling menonjol adalah adanya perubahan
drastis dalam sendi-sendi kehidupan, menjadikan kehidupan lebih instan dan
praktis, penggunaan waktu yang lebih efisien. Perkembangan teknologi yang
pesat, salah satunya internet memudahkan manusia dari belahan bumi manapun
berkomunikasi secara langsung melalui layar monitor komputer atau telepon
pintar yang lagi trend sekarang ini.
Menengok pada sendi kehidupan sosial masyarakat, nyatanya bukan
hanya hal positif yang dapat terjadi, banyak hal negative mengikut. Bagi
keluarga sebagai satu kelompok kecil dalam masyarakat yang terdiri dari
beberapa anggota keluarga, memiliki tugas untuk saling melindungi satu
dengan yang lainnya. Anak sebagai anggota keluarga paling kecil dan belum
berpelangaman dalam kehidupan menjadi manusia yang lebih rentang terhadap
dampak sistem ini, didukung oleh rasa ingin tahu yang tinggi dan perjalanan hidup
yang baru kedepannya.
Ditemukan realita dalam masyarakat, anak-anak yang beranjak remaja
menjadi kebanyakan korban dari sistem ini, satu hal yang menarik
disini seperti halnya kupu-kupu yang bermetamorfosis melalui beberapa
tahap. Manusiapun begitu, anak-anak akan mengalami beberapa fase perkembangan
untuk menuju dunia dewasa, fenomema yang terjadi dalam proses metamorfasis itu
tidak terjadi secara sempurna tetapi melangkahi beberapa tahap. Anak-anak
cenderung menjadi anak dengan rupa dewasa karbitan, maksud saya adalah
mereka didewasakan secara paksa oleh lingkungan dan sistem hidup yang mereka
jalani.
Arus informasi sangat transparan bagi siapaun, bukan hal
sulit bagi anak untuk mendapatkan informasi seputar perkembangan dunia,
tentu kedudukan anak dengan pemahaman yang belum matang, belum bisa menyaring
secara bijaksana segala yang didapatkan kemudian akan berpengaruh kepada
perkembangannya.
Metamorfosis yang tidak sempurna terjadi pada kupu-kupu, akan melahirkan
kupu-kupu yang cacat, jika persamaan ini dibawa kepada anak-anak, mereka yang
mengalami tahap perkembangan tidak sempurna akan melahirkan anak
yang cacat bukan dari segi fisik tapi melahirkan mental-mental
instan.
Pergeseran akan terjadi, dahulu saya masih ingat waktu masa kecil, saya
disuguhi dengan berbagai permainan tradisional yang biasanya dimainkan bersama
teman-teman yang lain, membuat kami banyak berinteraksi dan mempererat
kebersamaan kami, memberikan alternatif olahraga membuat badan kami menjadi
lebih aktif. Adapun nyanyian pengantar tidur saya adalah nina bobo dan
kawan-kawan, menambah khasanah keceriaan masa kecil saya.
Sekarang yang ada anak-anak disuguhi permainan gadget, hiburan mereka
meriah oleh berbagai pertujukan sinetron dewasa, boy dan girl band
menjadi tokoh idola, lagu pengantar tidur dengan tema seputar jatuh
cinta, cinta, dan patah hati, tidak sesuai dengan kebutuhan perkembangan
mereka.
Suatu ketiaka, saya berjalan-jalan di mol, didepan saya ada pasangan
muda-mudi masih anak ingusan terlihat jelas dari tampang mereka. saya
kesetrum mendengar mereka memanggil “Ayah-Bunda” sebagai panggilan sayang,
kesadaranku bergetar menyadari mereka selangkah lebih ekstrim didepan. Saya
diumur yang tak lagi muda, ngedet di depan umum saja belum pernah,
apalagi harus memanggil dengan “Ayah-Bunda” didepan orang banyak.
Prihatin melihat fenomena ini, orang tua sebagai orang terdekat anak
memiliki segudang tanggung jawab, harus super ekstra mengawasi anaknya,
pembekalan iman perlu sebagai perisai dizaman yang edang ini. Bukan hanya
mengandalkan pelajaran agama di sekolah dengan durasi pelajaran 1 kali 2 jam
dalam seminggu.
Anak adalah generasi kedepan, kalau ingin melihat bagaimana kehidupan
pada masa yang akan datang bisa dilihat dari anak-anak sekarang, karena
merekalah yang akan bertumbuh besar menjadi orang dewasa dimasa depan. Kalo
sekarang sudah terjadi kebobrokan moral bagaimana kedepannya?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar