Bagi teman-teman yang tinggal dan besar di Sulawesi kata “Mandar” mungkin tidak asing lagi didengar. Mandar adalah salah satu daerah yang terletak dibagian utara pulau Sulawesi, Mandar juga menjurus kepada suku terbesar yang menghuni provinsi Sulawesi Barat.
Bagi teman-teman yang sama sekali belum pernah mendengarnya bisa nyimak
tulisan ini.
Terletak kurang lebih 300 KM dari kota Makassar, kabupaten
Polewali Mandar merupakan daerah yang mayoritas penduduknya adalah
suku Mandar, jika ingin mengunjunginya bisa ditempuh dengan kendaraan roda
empat atau roda dua dengan mengikuti rute jalan trans Sulawesi menuju Sulawesi
Barat, untuk menggunakan jasa transportasi umum dari Makassar bisa langsung
keterminal Daya Makassar biasanya ada banyak bis dan mobil mini disini
dengan tujuan POL-MAN (Polewali Mandar). Lama jarak tempuh sekitar 7-8 jam kita
sudah bisa menjajalkan kaki di bumi Tipalayo ini.
Kabupaten POL-MAN merupakan tanah kelahiranku, cukup terkenal akan
kekayaan alam yang melimpah dihitung dari puncak tertinggi sampai pada daratan
terendah hingga lautnya akan banyak kekayaan alam dapat dijumpai. Pegunungan
yang menjulang tinggi yang masih terjaga keasriannya, pantai memanjang yang
banyak dihiasi kemerlap pasir putih, sawah nan hijau kemudian menguning siap
untuk dipanen, tak ketinggalan buah-buahan khas tropis yang akan memanjakan
lidah dari rambutan si buah lebat bulu merah merona, durian yang berkulit tajam
dengan baunya yang membangkitkan rasa ngiler, dan langsat dengan rasa
nano-nanonya, serta makanan tradisionalnya, ada golla kambu dan jepa
pizza khas Mandar.
"Jepa yang berbentuk bulat menyerupai pizza"
"Golla Kambu yang manis dibungkus dengan daun pisang yang kering"
Tepatnya
saya tinggal di desa Pambusuang kecamatan Balanipa sekitar 30 KM dari pusat
ibukota kabupaten, Polewali. Di desa ini penduduknya mayoritas nelayan yang
menggantungkan hidup pada luasnya samudra, dari hasil tangkapan mereka ada
beragam panganan laut seperti ikan tuna , ikan terbang, cumi, udang dan masih
banyak lainnya tapi yang paling dicari adalah telur ikan terbang yang
notabennya adalah panganan ekspor keluar negeri seperti China dan jepang.
Bukan
hanya itu, jika tadi saya berbicara mengenai makanan tradisional maka disini
tempatnya, teman-teman akan disuguhi golla kambu dan jepa jika menyempatkan
diri bertandang kepasar tradisionalnya.
Hampir
terlupakan, berbicara mengenai ragam budaya teman-teman juga akan menemukannya.
Khususnya pada saat perayaan maulid kita akan menyaksikan perayaan serupa
faestival, diadakan secara rutin setiap tahunnya yaitu budaya Mammunu’(Maulid)
yang dirangkaikan dengan Mappatamma’ berarti anak yang telah
selesai menamatkan bacaan Alqur’annya dari 30 juz dipondok pengajian akan
diarak mengtelilingi kampung dengan menunggangi kuda ala bangsawang tempo dulu
lengkap dengan pakaian adat,payung kebesaran, dan para pengawalnya dan diiringi
dengan alunan musik Rawana rebana Mandar.
"Tampak,Totamma' diatas kuda lengkap dengan payung dan para pengawalnya"
Tak
sampai disitu kita juga bisa menyaksikan secara langsung proses pembuatan
sarung sutra asli Mandar Lipa’ sa’be, yang ditenun manual oleh
tangan-tangan gesit para Towainena (perempuannya). Disini juga bisa
disaksikan pembuatan perahu tradisional Mandar Sandeq perahu
tercepat nusantara yang sudah harum namanya dikancah dunia internasional.
"Proses pembuatan Lipa' Sa'be sarung asli Mandar"
"Pembuatan perahu Sande' perahu tercepat Nusantara"
Bagaimana, menarikkan? Penasaran, Yuuk kunjungi !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar